Ustadz Jamaluddin Alawy atau yang biasa dipanggil dengan sebutah Gus Alawi merupakan salah satu Dai Alumni Ma’had Nurul Haromain Pujon yang diasuh oleh Abina K.H. Muhammad Ihya’ Ulumiddin (Abi Ihya’). Beliau juga merupakan murid K.H. Abdul Qoyyum Mansur (Gus Qoyyum) dari ponpes An-Nur, Lasem dan KH. Chakim Mashduqi, Lasem.

Gus Alawi masuk di Ma’had Nurul Haromain pada tahun 2014 dan hanya mondok sekitar 2 tahun. Tahun 2016, ayahanda beliau, K.H. Misbah Syadat, meninggal saat mengisi khutbah di Masjid Nuruzzaman, Kampus B, Universitas Airlangga Surabaya. Beliau ditugaskan Abi Ihya’ untuk melanjutkan perjuangan ayahanda beliau sebagai Kholifah (pengganti) sekaligus pengasuh Pondok Pesantren Ribath Daruttauhid, Sutorejo, Surabaya.

“Beberapa kali, Rosululloh dan Abuya Muhammad menemuiku, beliau memerintahkanku untuk mengkader anak-anak dari pelosok,” ujar K.H. Misbah Syadat.

Sebelum meninggal, ayahanda beliau sempat berwasiat untuk mengkader anak-anak dari pelosok. Hal tersebut lah yang memacu Gus Alawi untuk berikhtiar menyambung tugas dakwah ke pelosok-pelosok daerah.

Satu tahun setelah orang tua beliau meninggal, ada kabar bahwa ada beberapa anak dari Ambon, Maluku, yang ingin dan siap untuk mondok di Jawa. Awal tahun 2017 beliau pun berangkat ke Ambon untuk menjembatani keinginan anak-anak tersebut. Alhamdulillah, ada 7 santri yang dapat beliau bawa ke Jawa untuk mondok.

Selain dari Ambon, ustadz Alawi juga menerima santri dari Madura dan aktif membina Majlis Burdah 313 di Kampung Laut, Nambangan, Kenjeran, Surabaya. Setiap bulan Muharram, beliau dan jamaah beliau membaca sholawat di atas laut sebagai bentuk rasa syukur melewati satu tahun dan pengharapan untuk dapat hidup dalam jalan dakwah Rosululloh dan melanjutkan dakwah beliau di tahun-tahun mendatang.

Beliau juga menerima santri mahasiswa yang ingin mondok. Saat ini ada 5 mahasiswa yang setoran hafalan Al Qur’an. Itu karena lokasi pondok beliau yang dekat dengan Universitas Muhammadiyah dan Universitas Airlangga Surabaya.

Tahun demi tahun, santri-santri beliau dari pelosok terus bertambah. Sampai akhirnya beliau mendengar informasi bahwa ada anak-anak di Pulau Kei dan pulau Buru di Kepulauan Maluku yang juga ingin untuk mondok di Jawa.

Tahun 2021 pun beliau memutuskan untuk berangkat ke Pulau Buru untuk menjemput anak-anak di sana. Beliau menyadari bahwa Pulau Buru memiliki potensi dakwah yang besar. Orang-orang di sana mayoritas muslim dan memiliki amaliyah yang hampir sama dengan di Jawa, namun sulit ditemukan pondok pesantren di sana.

Hal tersebut terjadi karena budaya mondok belum ada di sana. Padahal sistem pondok pesantren memiliki banyak manfaat, salah satunya untuk melatih adab atau akhlak para santri sesuai dengan yang diajarkan gurunya mulai bangun tidur, sholat malam, sholat subuh, wirid, dhuha dan seterusnya sampai tidur lagi. Kalau di pulau buru, rata-rata pembelajaran keislamannya dari majelis taklim, kemudian para santri kembali ke rumah masing-masing. Itulah yang membuat Gus Alawi bersemangat mengkader para santri dari Pulau Buru agar bisa menanamkan sistem pondok pesantren di lingkungan mereka nantinya.

Mengatur penjemputan calon santri ke Pulau Buru tidaklah mudah. Beliau sempat memikirkan kebutuhan dana pengiriman santri dari Pulau Buru ke Jawa. Usaha beliau untuk mencari bantuan ternyata tidak segera mendapatkan hasil. Akhirnya, Gus Alawi pun membulatkan tekad untuk bagaimanapun caranya yang penting beliau berangkat dulu dengan dana pribadi beliau. Setelah beliau membulatkan tekad, bantuan dana dan dukungan dari berbagai pihak pun turun.

Awalnya, saat berangkat ke Pulau Buru, Gus Alawi akan mengambil santri di pelosok pegununungan. Untuk mencapai ke tempat tersebut beliau harus melewati arus sungai dan medan yang sulit hanya dengan sepeda motor. Namun ketika sampai di sana, beliau tidak mendapati anak-anak yang ingin beliau jemput. Qadarullah, saat ingin kembali ke pulau Jawa dan menuju pelabuhan, beliau malah mendapat anak-anak yang tinggal di desa-desa.

“Ilmu-ilmu dari ABS (Amal Bakti Santri) selama mondok di Nurul Haromain Pujon itu saya ambil, bagaimana mendekatkan diri ke masyarakat, berkhidmah dan membaur ke masyarakat, ilmu tersebut sangat bermanfaat selama dakwah di pelosok,” ujar beliau menggambarkan resep dakwah di pelosok daerah.

Setelah dari pulau buru, beliau mendapatkan banyak pengalaman dan kawan, misalnya ustadz Ambo, ketua MUI Buru Selatan dan rekan-rekan beliau serta orang tua para santri yang senantiasa membuka diri atas kehadiran Gus Alawi. Beliau juga tetap menjaga hubungan baik dengan mereka.

 

Saat ini, ada 55 santri yang mukim di Pondok Pesantren Ribath Daruttauhid yang beliau bina. Sebagian besar dari mereka adalah santri-santri yang diambil dari pelosok daerah terutama dari Maluku.

Tahun ajaran baru 2022, Gus Alawi mendapat kabar bahwa ada sekitar 25 santri dari Pulau Buru dan Pulau Kei yang juga ingin mondok di Jawa. Beliau pun bekerjasama dengan Departemen Kemakhadan Yayasan Persyada Al Haromain dan Lazis Al Haromain untuk mewadahi santri-santri tersebut di Pondok Pesantren Cabang Nurul Haromain yang tersebar di Jawa Timur.

Pada tanggal 18 Agustus 2022, Gus Alawi dan perwakilan Departemen Kemakhadan Yayasan Persyada Al Haromain, Ustadz Mashur Farohi pun berangkat untuk menjemput santri-santri dari Pulau Buru, Kepulauan Maluku. Dari Surabaya, mereka naik pesawat ke Ambon. Kemudian dari Ambon, naik kapal menuju kota Namrole di Kabupaten Buru Selatan, Pulau Buru. Di sana, mereka berkoordinasi dengan MUI dan pemerintah setempat untuk mencerdaskan anak-anak di sana.

Tanggal 21 Agustus, anak-anak dari Pulau Buru berangkat dan datang sampai Surabaya tanggal 24 Agustus 2022. Tanggal 28 Agustus, mereka dipertemukan dengan para Dai yang akan mengasuh mereka di Pondok Pesantren Nurul Haromain Pujon. Pada momen tersebut mereka juga mendapat restu dan doa dari Abina K.H. Ihya’ Ulumiddin sebelum nantinya masuk ke Pondok Pesantren mereka masing-masing.

“Wilayah-wilayah pelosok merupakan peluang kita untuk menyambung lidah para ulama’, setiap ilmu dan kitab yang mereka dapat apabila nantinya mereka sebarkan ke orang lain, maka akan menjadi jariyah bagi kita, jangan sampai kita ketinggalan dalam kesempatan yang diberikan oleh Alloh ta’ala ini,” pungkas beliau.

Bagikan Berita: