Ust. Multazam merupakan salah satu Dai Tugas Yayasan Persyada Al-Haromain yang bertugas di daerah Sawangan, Kuwarasan, Kebumen. Beliau ditugaskan oleh Abina K.H. Muhammad Ihya’ Ulumiddin (Abi Ihya’) pada bulan Juni 2017 untuk menghidupkan lahan kosong yang sudah 5 tahun lebih tak ada yang menempati atau mengurus. Alhamdulillah, ada jama’ah dermawan yang bersedia mewakafkan tanah tersebut sebagai lahan dakwah Islamiyah.
Awal beliau ditugaskan di tempat tersebut, sepertiga wilayah berupa sawah sedangkan sisanya berupa pepohonan rimbun serta ilalang. Amanah dari wakif dan keinginan warga Sawangan adalah mendirikan musholla di sana sebagai sarana ibadah dan syiar agama Islam.
Beliau pun dibantu oleh Ust. Abdullah Hafidz untuk mencari rumah kontrakan. Ust. Hafidz juga merupakan salah seorang Dai Yayasan Persyada Al-Haromain yang bertugas di LPI Al-Mujtaba, Kebumen. Beliau mendapatkan informasi ada rumah kosong yang sekian lama tak berpenghuni dan berusaha berkomunikasi agar rumah tersebut dapat disewa. Alhamdulillah, si pemilik rumah malah mempersilahkan rumah tersebut untuk ditempati oleh Ust. Multazam tanpa perlu membayar biaya sewa.
Ada hal unik di awal beliau berdakwah. Tahun 2017 masih hangat isu terorisme dalam benak masyarakat awam. Ust. Multazam sempat dicurigai sebagai teroris karena tiba-tiba datang ke wilayah tersebut dan tinggal di rumah kosong yang sudah sekian lama tak berpenghuni.
“Tiap pagi dan siang ada mobil patroli, dalam hati saya bertanya-tanya, di desa sepi gini kok sering ada mobil polisi, ternyata masyarakat dan tokoh agama mengadakan musyawaroh dengan aparat untuk menyikapi saya,” ujar Ust. Multazam menjelaskan kondisi beliau pada saat itu.
Kepala desa sendiri yang menemui Ust. Multazam. Beliau bersilaturahim sekaligus menyampaikan hasil musyawarah bahwa Ust. Multazam diminta untuk menyerahkan surat pernyataan yang berisi dari mana asal usul pendidikan beliau, pahamnya apa dan dari mana asalnya. Ust. Multazam pun diminta ke balai desa untuk menjelaskan.
Keesokan harinya, beliau ke balai desa dan bertemu masyarakat di sana. Beliau pun menceritakan bahwa beliau berpaham Ahlus Sunnah Waljamaah. Beliau pernah mengaji ke Gus Anam mantu Syaikhuna Mbah Yai Maimun Zubair, Sarang, Rembang. Beliau mondok di Nurul Haromain selama tiga tahun yang diasuh oleh K.H. Muhammad Ihya’ Ulumiddin, alumni Ponpes Langitan dan murid Sayyid Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani. Ust. Multazam juga nyantri di Rusaifah, Mekkah selama 10 tahun dan dibina oleh Abuya Sayyid Ahmad bin Muhammad bin Alawi Al-Maliki Al-Hasani. Setelah mendapatkan penjelasan dari beliau, alhamdulillah, orang-orang di sana pun menerima dengan hangat kedatangan Ust. Multazam.
Tidak berselang lama, beliau mulai membeli batu dan beberapa material persiapan untuk membangun musholla. Pepohonan yang ada di tanah tersebut ditebang untuk dijadikan pintu, jendela, dan lain-lain. Warga-warga sekitar pun ikut membantu menyumbang material. Rupanya warga Sawangan telah lama menantikan kehadiran musholla di tempat itu, namun sebelumnya tidak ada yang menggerakkan.
Sebelum pembangunan pondasi dimulai, Ust. Multazam meminta doa restu ke guru beliau, Abi Ihya’ di Ponpes Nurul Haromain, Pujon, Malang. Di sana beliau didoakan oleh Abi Ihya’ dan para guru. Beliau tidak menyangka diberi batu oleh Abi Ihya’. Batu tersebut pun beliau bawa dari Malang ke Kebumen untuk diletakan di pondasi yang akan jadi imamah musholla.
Pembangunan musholla terus berlanjut. Awalnya santri beliau hanya satu anak dari masyarakat sana. Lama kelamaan anak tersebut mengajak teman dan jadi ramai. Beliau mengajar Al-Qur’an pada anak-anak dan remaja di rumah yang beliau tempati setelah Maghrib sampai Isya’ selama satu tahun.
“Tahun 2018 mulai ngaji kitab dengan anak-anak muda masih di rumah yang saya tempati dulu itu. Ada satu anak pengen ngaji cuma satu thok. Nanti yang lain akan ikut. Alhamdulillah diistiqomahi pemuda-pemuda yang lainnya ikut, sekitar 10 sampai 12 orang. Waktu itu kitab yang dipelajari Irsyadul Ibad karya Syekh Zainudi Al Malibari,” ujar beliau.
Beliau memang berencana untuk menuntaskan pembangunan musholla, kemudian membangun pondok salaf. Alhamdulillah, setelah musholla selesai dibangun meskipun belum rampung 100%, santri-santri beliau dan warga sudah bisa shalat dan mengaji di sana.
Tahun 2019 beliau memulai pembangunan Pondok Pesantren Nurul Haromain 11. Beliau pun juga mendapat satu santri mukim yang akhir-akhir ini juga sering membantu beliau mengajar santri-santri lain mengaji. Selain itu, beliau juga dibantu oleh salah seorang guru ngaji yang tinggal di daerah tersebut.
Beliau pernah sowan kepada Mbah Yai Maimun Zubair dan beliau merestui dakwah Ust. Multazam di Sawangan dan memberi nasihat untuk berdakwah secara halus di Sawangan. Metode dari pujon untuk serawung dan melobi masyarakat juga beliau praktekkan di tempat tersebut. Sedangkan Abi Ihya’ memberikan pesan agar istiqomah di sana.
“Wes dipoko e diistiqomahi dakwah ning kono, mengko metu barokahe,” ujar Ust. Multazam menirukan nasihat Abi Ihya’.
Ada satu hal lagi yang membuat beliau mantap berada di sana. Beliau pernah bermimpi menyaksikan almarhum Abuya Sayyid Muhammad datang ke Indonesia bersama orang-orang arab di belakangnya. Kemudian beliau ditakrim (dijamu) oleh Abi Ihya’. Setelah selesai perjamuan Abi Ihya’ berkata kepada Abuya, “Ya Abuya, monggo melihat tanah wakaf.”
Kemudian, Abuya dan Abina melihat tanah wakaf. Ternyata tanah wakafnya sudah dibangunkan musholla. Ust. Multazam menceritakan mimpi beliau ke Abi Ihya’. Abi Ihya’ pun menafsirkan mimpi tersebut, “Berarti Abuya senang kamu berada di situ.” Isarat tersebut membuat Ust. Multazam makin mantap untuk melanjutkan dakwah di Kebumen.
Semoga Ust. Multazam dan para santrinya senantiasa diberkahi oleh Allah SWT.
Sumber : Majalah Al Haromain