Ustadz Sholihin merupakan salah satu Dai Tugas Persyada (Persyarikatan Dakwah) Al Haromain. Saat ini beliau bertugas di Pondok Pesantren Nurul Haromain 88, Gunung Kidul. Karena pondok beliau masih berupa tanah wakaf, beliau perbanyak silaturahim keliling untuk menarik hati warga.

Sebelum menuntut ilmu di Ma’had Nurul Haromain, Pujon. Ustadz Sholihin mondok di Pondok Darut Tauhid Al Alawiyah yang diasuh oleh Kyai Mundziri. Memang banyak alumni pondok tersebut yang direkomendasikan untuk mondok di Ma’had Nurul Haromain, Pujon yang diasuh oleh Abina K.H. Muhammad Ihya’ Ulumiddin.

Beliau masuk Ma’had Nurul Haromain tahun 2013. Tiga tahun setelahnya, pada tahun 2016 beliau bersama ustadz Sadanur dikirim untuk berdakwah pada sekitar wilayah sebuah tanah wakaf di Bengkulu. Sekitar 6 bulan beliau berdakwah di sana. Pada tahun 2017 beliau kembali ke Jawa untuk menikah dengan pujaan hati beliau, putri ustadz Abdul Fattah (alm.) pengasuh Ponpes Al Isyroq, Kedamaian, Gresik.

Pada tahun 2018, beliau ditarik kembali untuk ditugaskan di Pondok Pesantren Kota Alif Lam Mim, Surabaya asuhan K.H. Imam Mawardi (Alm.). Beliau ditunjuk sebagai pengasuh boarding (Musrif) di Ponpes Alif Lam Mim. Beliau memegang amanah tersebut selama tiga tahun.

Qadarullah, pada tahun 2021 beliau diberi tugas untuk kembali berdakwah ke penjuru negeri, tepatnya di Gunung Kidul, Provinsi Jogjakarta. Pada bulan September 2021, atas seizin Abina K.H. Muhammad Ihya’ Ulumiddin, beliau dikirim ke sebuah tanah wakaf yang telah diamanahkan pada Yayasan Persyada Al Haromain.

Awal-awal dakwah beliau di gunung Kidul, beliau bersilaturahim pada warga dan tokoh masyarakat setempat. Ustadz Sholihin menempati sebuah rumah yang berjarak 1 km dari tanah wakaf. Ustadz Sholihin bertekad untuk berdakwah di sekitar lingkungan yang tidak jauh dari tanah wakaf  yang diamanahkan ke beliau.

Alhamdulillah, beliau dipercaya untuk menghidupi (ngurip-nguripi) sebuah masjid yang bernama Masjid Al Hidayah. Beliau juga menghidupi TPQ di sana yang didukung oleh Ummi Foundation dengan metode Ummi.

Karakter warga di lokasi dakwah beliau memang mayoritas muslim. Namun, kegiatan keagamaan di wilayah tersebut masih sangat minim. Sebagian masyarakat masih percaya takhayul dan hal-hal berbau mistis yang sudah menjadi kepercayaan lokal warga sekitar.

Hampir di setiap dusun ada TPQ, namun rata-rata hanya bukan seminggu dua kali. Sehingga masih sedikit remaja dan dewasa yang lancar membaca Al Qur’an. Tokoh keagamaannya juga hampir tidak ada yang lulusan pesantren.

Ustadz Sholihin mengajar mulai hari Senin-Jum’at. Dibantu oleh ketujuh assatidz yang beliau dan istri beliau bina. Jadi agar lebih efektif, beliau mengajar 7 santri tersebut dahulu. Kemudian santri beliau mengajar junior yang kelasnya dibawahnya. Misalkan, assatidz yang sudah sampai jilid 3 mengajar jilid 1-2. Yang sampai juz 4 mengajar jilid 1-3, dan seterusnya.

Alhamdulillah, di awal beliau membuka TPQ ada sekitar 60 anak yang mendaftar. Kemudian, di tahap kedua ada 20 santri baru. Jadi total santri beliau sekarang sekitar 80 anak. Alhamdulillah, dibalik minimnya kegiatan keislaman, ada antusiasme besar dari generasi mudanya untuk belajar agama. Kegiatan pembelajaran sampai membeludak dari yang awalnya di masjid, kini sampai pinjam rumah warga untuk TPQ.

Selain itu, ustadz Sholihin juga mengikuti kegiatan Yasinan warga setiap Jum’at legi dan Pembelajaran Al Qur’an untuk warga di setiap malam selasa. Beliau juga mengadakan dzikir jama’i namun baru diikuti oleh santri beliau pada setiap hari Jum’at dan wali santri ketika rapat wali santri saja.

Ustadz Sholihin juga sering membaur dengan masyarakat sekitar dengan cara silaturahim, kerja bakti bersama, bantu-bantu di sawah, bantu panen. Panen padi dan kacang. Rata-rata penghasilan warga di wilayah dakwah beliau didapat dari Bertani dan beternak. Ada juga yang menjadi karyawan industri penyedia bahan-bahan peternakan.

Ustadz Sholihin sendiri bekerjasama dengan Lazis Al Haromain untuk mengadakan program Pemberdayaan Ekonomi Umat berupa Budidaya Pisang Cavandish. Hasil dari budidaya tersebut 100% dimanfaatkan untuk keperluan dakwah ustadz Sholihin di Gunung Kidul. Selain itu, ustadz Sholihin dan Lazis Al Haromain juga mengadakan beberapa kali santunan yatim dan dhuafa di sekitar wilayah dakwah beliau.

Setelah beliau menghadap guru beliau, Abina K.H. Muhammad Ihya’ Ulumiddin, guru beliau berpesan agar ketika warga berkumpul yasinan, turut disampaikan juga fadhilah membaca surat yasin, agar jamaah lebih bersemangat dan mendapatkan pengetahuan tambahan, lebih dari sekedar yasinan biasa tanpa diketahui fadhilahnya.

Abi Ihya’ juga berpesan, “Perbanyak perkumpulan dengan jama’ah, lakukan dakwah dengan semangat Jujur dan ikhlas, maka yg kecil akan menjadi besar, yang sedikit akan menjadi besar dan yang lambat akan menjadi cepat bahkan akan bisa membalap.”

Dengan begitu banyaknya rintangan yang dilalui ustadz Sholihin, ustadz Sholihin sendiri berpesan kepada semua individu yang menjalankan amanah dakwah, “Dakwah itu memang tidak mudah tapi sesulit apapun rintangan jangan pernah menyerah, insyaa Alloh akan berkah.”

Bagikan Berita: