Ustadz Tamam merupakan putra dari Ustadz Mustholih, salah satu santri pertama dari Abina KH. Muhammad Ihya’ Ulumiddin atau Abi Ihya’ di Ma’had Nurul Haromain, Pujon, Malang. Ustadz Mustholih ketika masih muda juga berkhidmah ke beliau. Ustadz Mustholih berasal dari lokasi yang jauh yaitu Cilacap, Jawa Tengah. Ustadz Mustholih pun akhirnya berdakwah di daerah Cilacap. Beliau juga sering mengarahkan santri-santri beliau di Cilacap untuk mondok pada pondok-pondok pesantren sesama alumni Ma’had Nurul Haromain di Jawa Timur
Tahun 2013, Ustadz Tamam bersama ayahanda beliau, Ustadz Mustholih datang ke Ma’had Nurul Haromain, Pujon untuk sowan ke Abi Ihya’. Dari sana munculah percakapan untuk memondokan Ustadz Tamam ke Pujon.
“Sekarang Tamam umur berapa? Dulu mondok dimana?” tanya Abi Ihya’.
Waktu itu, Ustadz Tamam masih berusia 20 tahun. Ia juga pernah mondok di Cilacap, Kediri dan Surabaya. Namun waktu itu usia Ustadz Tamam belum dikatakan mencukupi di saat rata-rata usia santri pondok putra sekitar 21 tahun ke atas.
Akhirnya Ustadz Tamam pun harus belajar lagi ke Solo selama satu tahun sambil menyesuaikan dengan usia. Ia menyadari bahwa Pondok Nurul Haromain bukan sekadar untuk mencetak santri tapi juga untuk mencetak calon da’i yang siap terjun ke masyarakat. Si Pujon masih harus khidmah lagi, dididik dengan serius metode mengajar dan khidmah. Sehingga, yang masuk ke pondok tersebut tentunya bukan santri sembarangan, harus melalui tes masuk dulu.
Tahun 2014, Ustadz Tamam mengikuti ujian untuk masuk pondok Nurul Haromain dan ia lolos. Setelah itu, Ustadz Tamam juga belajar disiplin, menjaga kebersihan serta menjunjung tinggi keilmuan islam. Saat berada di pondok, ia juga khidmah untuk mengajar di sekitaran pondok. Mulai dari SDIT Yaa Bunaya, kemudian SMP Fityani, SMP Al Hadi, SMK Nurul Haromain dan sampai terakhir kali khidmah di Pujon adalah di asrama atau boarding SMK.
Di asrama, ada yang bertugas sebagai Tim Guru Qur’an dan Tim Guru Kitab Kuning. Ustadz Tamam menjadi pengajar kitab kuning, seperti Jurumiyah, Amsilatus Tasrifiyah dan Aqidatul Awam. Beliau menjalankan khidmah di Pujon sampai 3 tahun.
Sampai pada akhirnya, ada permintaan dari beberapa jama’ah Al Haromain yang meminta dikirim guru tugas oleh Abi Ihya’. Untuk wilayah di Sidoarjo, waktu itu nama yang keluar adalah Ustadz Tamam. Qodarullah, ia pun dikirim untuk menjadi guru tugas di Yayasan Panti Asuhan Yatim-Dhuafa Darussalam, Perum Pondok Jati, Sidoarjo.
Ustadz Tamam dikirim ke Sidoarjo pada tahun 2021. Saat itu, ia datang bersamaan dengan Agenda Tazawur Far’i Persyada Al Haromain Sidoarjo di kediaman Ustadz Badrudin, bendahara Far’i Sidoarjo. Tazawur adalah momen silaturahim bulanan para jama’ah Persyada Al Haromain yang terdiri dari santri-santri Ma’had Nurul Haromaon, santri-santri pondok cabang dan santri-santri luar pondok yang mengaji secara rutin di Abi Ihya’ secara langsung dimanapun lokasinya. bersama dengan Ahlus Syuro dan Ustadz Masyhur Farohi sebagai perwakilan dari Ahlus Syuro yang menitipkan Ustadz Tamam sebagai Da’i Tugas.
Berada di medan dakwah perumahan, Ustadz Tamam mulai mempelajari pola komunikasi dan budaya masyarakat sekitar. Mayoritas di wilayah dakwah beliau adalah pendatang. Ada berbagai ormas islam yang masuk seperti NU, Muhammadiyah dan Salafi. Uniknya, tidak ada kelompok yang dominan. Amaliyahnya tergantung dengan siapa Imamnya pada hari tersebut. Jadi, beda imam bisa beda dzikir, wirid atau amaliyah yang dibawa. Ustadz Tamam melihat peluang tersebut untuk bisa merangkul semua golongan terutama para remaja yang menjadi generasi penerus islam di wilayah tersebut.
Identitas keagamaan dan amaliyah di wilayah tersebut kebanyakan masuk ke ranah privat. Nilai-nilai keislaman yang disampaikan di Masjid atau ruang publik lebih ke arah umum, tidak melebih-lebihkan corak aliran atau komunitas tertentu. Ustadz Tamam pun lebih menekankan program-program sosial seperti bakti sosial, Romadhon Camp, TPQ, lomba-lomba keagamaan, olah raga, dan sebagainya. Bahkan, Masjid di dekat yayasan yang beliau kelola, Masjid Muhajirin berada di depan lapangan olahraga serbaguna. Hal tersebut juga memudahkan Ustadz Tamam dalam mengenal banyak orang. Dengan pendekatan yang baik, Ustadz Tamam mampu mengenalkan Dzikir Jama’i yang diijazahkan oleh Abi Ihya’.
Ustadz Tamam membangun jaringan dakwah dengan cara menyambung komunikasi dengan pengurus masjid di sekitar sana. Beliau dakwah dan silaturahim dari masjid ke masjid. Ustadz Tamam yakin dengan cara menyambung silaturahim, perkembangan dakwah akan lebih cepat dan memperbanyak peluang bertemu dengan orang-orang sholih.
Meski aktif dakwah di masyarakat, Ustadz Tamam sebenarnya lebih aktif ke Yayasan Darussalam sebagai amanah dakwah beliau. Awalnya beliau merawat 3 santri mukim yang sudah tinggal di pondok tersebut. Kemudian, ia juga diamanahi 3 santri dari Maluku oleh LAZIS Al Haromain dan Ribath Daruttauhid Surabaya atas arahan Gus Alawi Dai Tugas Al Haromain. Santri-santri asal Maluku tersebut berasal dari Pulau Buru dan memiliki semangat untuk belajar agama islam dan memperoleh pendidikan yang layak di Pulau Jawa.
Selain itu, ada satu santri lagi dari Ponpes Al Habibah yang diasuh oleh Ustadz Musthofa Guru Tugas Al Haromain. Selama ini Ustadz Musthofa sendiri juga sering menerima santri-santri asal Cilacap yang dikirim oleh Ustadz Mustholih, ayahanda Ustadz Tamam.
Saat ini, ketujuh santri beliau aktif dalam mengikuti kajian kitab kuning yang dibawakan oleh Ustadz Tamam. Saat ini, beliau juga sedang menyelesaikan kuliah semester akhir beliau di Jombang. Di tengah kesibukan dakwah beliau di Sidoarjo, seminggu sekali beliau ke Jombang untuk bimbingan skripsi. Hal ini juga tidak mengganggu fokus dakwah beliau.
Meski baru berusia 29 tahun, Ustadz Tamam berusaha untuk menunaikan amanah yang diberikan oleh Abi Ihya’ dengan baik. Beliau selalu berpegang pada dawuh Abi Ihya’ yaitu jujur, semangat, ikhlas dalam setiap perbuatan. Semoga Ustadz Tamam diberi kemudahan dalam berdakwah di Sidoarjo.
Sumber : Majalah Al Haromain